Tuesday, March 29, 2005

Belanja di Toko Kebahagiaan

Belanja di Toko Kebahagiaan

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui
seorang bijak dan bertanya, "Berapa lamakah waktu yang
saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?" Orang
bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab,
"Kira-kira sepuluh tahun."

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, "Begitu
lama,?" tanyanya tak percaya. "Tidak," kata si orang
bijak, "Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun."
Anak muda itu bertambah bingung. "Mengapa Guru
lipatkan dua,?" tanyanya keheranan. Orang bijak
kemudian berkata, "Coba pikirkan, dalam hal ini
mungkin engkau membutuhkan 30 tahun."

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca
cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak
orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang
diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?
Sebagaimana yang telah sering saya sampaikan dalam
rubrik ini, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita
mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua
tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus
mau membayar harganya.

Agar lebih mudah saya akan menggunakan analogi sebuah
toko. Nama toko itu adalah "Toko Kebahagiaan." Di sana
tidak ada barang yang bernama "kebahagiaan" karena
"kebahagiaan" itu sendiri tidak dijual. Namun, toko
ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur
pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran,
keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran,
kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah "barang-barang"
yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak
menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih.
Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli "kesabaran"
Anda hanya akan mendapatkan "benih kesabaran." Karena
itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus
berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai
ia menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut
mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda
pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan
tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual
di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.
"kesabaran tingkat 1," misalnya, berarti menghadapi
kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang
ugal-ugalan. "Kesabaran tingkat 2" berarti menghadapi
atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka
memfitnah. "Kesabaran tingkat 3", misalnya, adalah
menghadapi anak Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya "bersyukur." "Bersyukur
tingkat 1" adalah bersyukur di kala senang, sementara
"bersyukur tingkat 2" adalah bersyukur di kala susah.
"Kejujuran tingkat 1," misalnya, kejujuran dalam
kondisi biasa, sementara "kejujuran tingkat 2" adalah
kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian
produk yang dapat dibeli di "Toko Kebahagiaan".

Setiap produk yang dijual di toko tersebut
berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter
yang ditimbulkannya. Yang termahal ternyata adalah
"kesabaran" karena kesabaran ini merupakan bahan baku
dari segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, "Apa
yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang
kita hargai. Hanya harga yang mahallah yang memberi
nilai kepada segalanya. Tuhan tahu bagaimana memasang
harga yang tepat pada barang-barangnya."

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi
masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan
masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang
ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap
masalah senantiasa terkandung "obat dan vitamin" yang
sangat kita butuhkan.

Dengan demikian Anda akan "berterima kasih" kepada
orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka
memang "diutus" untuk membantu Anda. Pengemudi yang
ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang
sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk
kesabaran. Penghasilan yang pas-pasan adalah peluang
untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana yang ribut dan
gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi.
Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah
peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat.
Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk
menumbuhkan kualitas rela memaafkan.

Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan
berikut ini: "Aku memohon kekuatan, dan Tuhan
memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku kuat.
Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku masalah
untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan
memberiku tubuh dan otak untuk bekerja. Aku memohon
keberanian, dan Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk
aku atasi. Aku memohon cinta, dan Tuhan memberiku
orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku
mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan.
Aku tidak memperoleh apapun yang aku inginkan, tetapi
aku mendapatkan apapun yang aku butuhkan."

Apa pesan Kaisar Asoka?

Apa pesan Kaisar Asoka?

Pada jamannya, kaisar Asoka dikenal sebagai seorang
kaisar yang gigih dalam menyebarkan ajaran Buddha ke
segala penjuru dunia. Ia banyak mewariskan
peninggalan-peninggalan Buddhis di seputar India,
Punyab, Nepal, Pakistan hingga Afganistan kini.

Mengetahui ini, banyak orang akan dengan mudah
menganggap dan memastikan kalau beliau adalah seorang
Buddhis fanatik. Namun mereka segera akan kecele bila
mendengar pesannya berikut:

"Seseorang tak boleh hanya menghormati agamanya
sendiri, tapi harus menghormati juga agama orang lain
untuk berbagai alasan. Dengan melakukan hal ini, ia
membantu agamanya sendiri untuk berkembang, sekaligus
memberikan pelayanan pada agama lain. Bila bersikap
sebaliknya, itu berarti ia sedang menggali liang kubur
bagi agama yang ia anut, disamping menyakiti umat
beragama lainnya. Barang siapa yang terlampau
meninggikan agamanya sendiri, sementara mencela agama
lain dengan dalih 'Saya memuliakan agama saya',
sebetulnya dengan berbuat demikian ia telah mencoreng
dan melukai agamanya sendiri.

Jadi kerukunan semestinya diterapkan dengan:
memberikan kesempatan untuk mendengar serta selalu
bersedia mendengar doktrin agama lain."

Gadis Dengan Setangkai Mawar

Gadis Dengan Setangkai Mawar

John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun
Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6
kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis
yang dekat dalam hatinya tetapi tidak mengenal
wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar.

Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang
dipinjam dari Perpustakaan. Rasa ingin tahunya
terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus
di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut
adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon. Hollis
tinggal di New York dan John di Florida. John mencoba
menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling
bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke
medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling
menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti
layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam
hati masing-masing dan jalinan cinta merekapun tumbuh.

John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya
sebuah foto. Tetapi sang gadis selalu menolak, kata
sang gadis "Kalau perasaan cintamu tulus,John,
bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan itu,
kalau saya cantik, selama hidup saya akan
bertanya-tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya
karena saya cantik saja, kalau saya biasa-biasa atau
cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis
hanya karena kesepian dan tidak ada orang lain lagi
dimana kamu bisa mengadu. Jadi sebaiknya kamu tidak
usah tahu bagaimana rupa saya. Sekembalinya kamu ke
New York nanti kita akan bertemu muka. Pada saat itu
kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita
lakukan."

Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun
Pusat di New York pukul 6 sore setelah perang usai.
"Kamu akan mengenali saya, John, karena saya akan
menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kera
bajuku", kata Nona Hollis.

Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin
gelisah, tiba-tiba jantungnya hampir copot, dilihatnya
seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat
di depannya, tubuhnya ramping, rambutnya pirang
bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa
cantiknya.... Sang perwira mulai menyusul sang gadis,
dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang
gadis tidak mengenakan bunga mawar seperti yang telah
disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John
melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan
sekumtum mawar merah di kerahya. "O....itu Hollis!!!!"

Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis
berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira
mulai terasa terbagi 2 ingin lari mengejar sang gadis
cantik tetapi pada sisi lain tidak ingin menghianati
Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama
perang. Tanpa berpikir panjang, John berjalan
menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan
menyapanya, "Nama saya John Blanford, anda tentu saja
Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda,
maukah anda makan malam bersama saya?" Sang wanita
tersenyum ramah dan berkata "Anak muda, saya tidak
tahu apa artinya semua ini, tetapi seorang gadis yang
berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk
mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau
anda mengajak saya makan maka saya diminta untuk
memberitahu anda bahwa dia menunggu anda di restoran
di ujung jalan ini, katanya semua ini hanya ingin
menguji anda." (NN)

Pernahkah terpikir oleh anda sekalian, bahwa si pemuda
bernama John Blanford di atas akan menarik semua
perkataan-perkataan cinta romantis yang pernah di
tulis dalam surat-suratnya apabila, katakanlah memang
benar ternyata Nona Hollis hanyalah seorang wanita
gemuk dengan rambut hampir beruban. Untunglah John
seorang yang sangat cerdas dan berhikmat. Dia bisa
saja berpikir pasti dapat mengeluarkan sebuah alasan
lain untuk mengagalkan lamarannya. Dan tentunya jika
itu terjadi, maka cerita ini pasti tidak akan ada.

Seseorang akan sangat mudah tertipu dan tergoda untuk
mengikuti mata jasmani dan mengabaikan kata hati.
Orang lebih menyukai apa yang dapat dia lihat dan
sentuh dari pada apa yang dapat dirasakan dan di
sentuh oleh hatinya. Ini adalah salah satu titik
kegagalan manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai
orang yang beriman. Kita lebih tertarik melihat sebuah
senyuman manis, dari pada sikap hati. Kita lebih
menyukai bola mata yang bulat dan bening ketimbang
mata hati yang tajam dan peka. Kita lebih menyukai
wajah rupawan dari pada karakter yang bagus. Singkat
kata, kita semua lebih menyukai hal-hal yang bersifat
jasmaniah ketimbang hal-hal rohaniah. Itulah sebabnya
seringkali kita tersandung karena ulah kita sendiri!

Lakukan Selagi Ada Waktu

Lakukan Selagi Ada Waktu

Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung
seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya.
Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan
mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia
belaka.

Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya
Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu. Malam
itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya
pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi
dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa
pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun
dating menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang
masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar
peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat!"

John menengok kearahnya dan berkata, "Wah, buku baru
ya?" "Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong!"

"Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh",
kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya
pada tumpukan kertas di depan hidungnya. Magy hanya
berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan.
Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit
dibuat-buat mulai merayu kembali "Tapi mama bilang
Papa akan membacakannya untuk Magy".

Dengan perasaan agak kesal John menjawab: "Magy
dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk
membacakannya".

"Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa" katanya sendu.

"Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu."

"Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan."

John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi.
Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku disebelah
Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John
mengacuhkan anaknya.

Tiba-tiba Magy mulai lagi "Tapi Papa, gambarnya bagus
sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan
suka".

"Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan
agak keras John membentak anaknya.

Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain
kali ya Papa, lain kali".

Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh
lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah
sambi berkata "Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa
tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi
kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy
juga bias ikut dengar". John hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada
dalam pikiran John. John teringat akan Magy yang
dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru
berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil di
atas tangannya yang kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa
bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut
dengar". Dan karena itulah John mulai membuka buku
cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di
pojok ruangan.

Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah
mulai usang dan koyak.

John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara
parau mulai membacanya. John sudah melupakan
pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia
bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap
pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh
putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca
halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi
Magy untuk dapat mendengar dari tempat
peristirahatannya yang terakhir. Mungkin...

"Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi
sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan
ada gunanya lagi.... Lakukan sesuatu yang manis untuk
orang-orang yang kamu kasihi dengan waktu yang anda punya......."

10 Kualitas Pribadi yang Disukai

10 Kualitas Pribadi yang Disukai

1. Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak". Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. Orang yang "Easy Going" menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada diluar kontrolnya.

10. Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.